Kamis, 20 Januari 2011

pacar vs sahabat

Mau ngomong apa sih tentang pacar dan sahabat (dan mungkin juga mantan)?

  1. Pacar biasanya lebih sensitif daripada sahabat. Ini pedang bermata dua. Sisi baiknya, pacar jauh lebih perhatian dan lebih tanggap terhadap apa yang kita butuhkan (contoh: mengingatkan makan atau melarang merokok). Sisi jeleknya, pacar jauh lebih menuntut perhatian dan tanggapan kita (contoh: marah-marah nggak jelas ketika kita lupa telpon karena alasan sepele yang sebenarnya tidak perlu dibikin marah-marah). Mantan tidak menuntut, tapi juga punya sensitivitas yang lebih tinggi daripada sahabat: hal-hal yang biasa dibicarakan antara sahabat bisa menyulut perang kalau dibicarakan dengan mantan. Kadang-kadang pacar pun juga demikian.
  2. Pacar atau mantan atau kecengan biasanya lebih sensitif daripada sahabat dalam hal menjaga perasaan. Akibatnya, pacar atau mantan atau kecengan tidak bisa menjadi diri sendiri di depan kita. Akibatnya lagi, kita juga tidak bisa menjadi diri sendiri di depan pacar atau mantan atau kecengan. Akibatnya lagi, kita dan mereka jadi terlalu memikirkan ja-im. Akhirnya, akibat terakhir, kita menjadi sangat sensitif terhadap diri sendiri dan tidak sensitif terhadap mereka, sedangkan mereka menjadi sangat sensitif terhadap diri sendiri juga dan tidak sensitif terhadap kita. Jadinya, sama-sama tidak sensitif, tidak sempat mewujudkan cinta itu sendiri. Lha terus ngapain pacaran?
  3. Sahabat punya sensitivitas yang pas. Tidak terlalu memperhatikan 100% seperti orang pacaran (jaman sekarang), tapi juga tidak cuek. Pokoknya pas lah. Tidak menuntut, cenderung lebih sering bisa mengalah dan memaklumi. Rasanya jadi lebih tulus, karena tidak pernah mengharapkan balasan atau apapun. Jadi, ketika mengucapkan “aku menyayangimu”, itu tidak diucapkan dalam rangka mengharap balasan atau apapun. Bilang ya bilang aja. Lha wong emang sayang je… Tapi ada satu perbedaan mendasar: di antara sahabat tidak ada komitmen. Ada sih, cuma sangat luwes dan terasa jauh lebih ringan.
Kesimpulan: Daripada punya pacar, apalagi mantan, mendingan punya sahabat aja deh… Atau kalo bisa cari pacar yang berawal dari sahabat, dan ketika jadi pacar persahabatan itu berubah menjadi komitmen, bukan kontrak.
Idealis memang, tapi menurutku begitu seharusnya cinta yang tulus. Ada yang bilang “cinta” dan “kasih” itu berbeda. “Cinta” diperuntukkan bagi (calon) pasangan hidup, sedangkan “kasih” diperuntukkan bagi sahabat. Tapi, jika memang “kasih” itu lebih berkualitas daripada “cinta”, dalam arti sempit lebih tulus dan lebih membebaskan, alangkah baiknya ketika “cinta” itu dibangun di atas “kasih”. Alangkah indahnya pula ketika pernikahan itu dibangun di atas persahabatan yang sejati.
Catatan: Tentang pacaran “jaman sekarang” di poin 3, maksudku adalah pacaran yang lengket seperti perangko menempel di amplop. Ke mana-mana berdua, melakukan apa-apa berdua, punya apa-apa berdua. Seolah-olah dunia hanya tentang “dia”, dan selain itu dunia menjadi tidak menarik. Semua tentang “dia” menjadi indah dan semua yang lain menjadi basi. Lalu di mana waktu untuk diri sendiri? Di mana waktu untuk teman-teman, untuk pekerjaan, untuk hobi pribadi. Tanya kenapa???

0 komentar:

Posting Komentar